Cincin Sang Putri

Dikisahkan, pada zaman dahulu kala ada seorang Raja dan Ratu yang memiliki seorang Putri yang sangat cantik. Kini sang Putri sudah beranjak dewasa, dan sudah saatnya sang Putri untuk menikah. Namun, sang Putri tidak ingin menikah dengan orang biasa. Sang Putri mengatakan, bahwa dia akan menikah dengan orang yang berhasil mengambil cincin dari tangannya tanpa ketahuan.

Atas permintaan putrinya itu, Raja kemudian mengadakan sayembara yang berisikan bahwa siapa pun yang dapat mengambil cincin yang ada di jari manis sang Putri tanpa ketahuan, maka akan dinikahkan dengan sang Putri.

Semua pemuda dari seluruh penjuru negeri memutar otak agar dapat memenangkan sayembara itu, namun sejauh ini belum ada yang dapat memikirkan bagaimana melepaskan cincin dari jari Putri tanpa ketahuan. Masalahnya, Putri tidak pernah jauh dari ayahnya, dan kemana pun Putri pergi Raja pasti selalu menyertainya.

Pada suatu hari, seorang tukang bernama Fedko datang menemui Raja. Dia mengatakan, bahwa dia dapat mengambil cincin milik sang Putri.

Kemudian Fedko pergi menemui pamannya di desa, dan menceritakan maksud kedatangannya. Fedko ingin mengambil cincin sang Putri tanpa ketahuan.

Paman Fedko pun berusaha menolong Fedko. Dia berpikir dan berpikir, kemudian pada hari ketiga dia berkata kepada Fedko bahwa mereka harus membuat jam yang sangat besar sehingga Fedko dapat masuk ke dalamnya. Kemudian Fedko harus memainkan musik dengan serulingnya, dan saat Putri mendengarnya Putri pasti akan membeli jam tersebut.

Selama satu minggu, Fedko dan pamannya bekerja keras untuk membuat jam yang sangat besar. Setelah jam itu jadi, paman Fedko mengunci Fedko di dalam jam tersebut dan membawanya ke alun-alun untuk dijual.

Kebetulan saat itu di alun-alun sedang diadakan perayaan, maka suasana pun sangat ramai. Ternyata, Raja dan Putri pun turut datang ke acara tersebut. Saat mereka melewati tempat dimana jam berisi Fedko berada, Putri mendengar tiupan seruling yang sangat merdu.

Sang Putri pun tertarik dengan jam tersebut, lalu Raja kemudian membeli jam besar itu dengan sekantung uang emas. Setelah dibeli, para pelayan membawa jam besar tersebut ke dalam kamar sang Putri. Putri sangat senang sehingga dia duduk seharian di depan jam, dan menikmati alunan seruling Fedko. Saat putri tertidur, Fedko diam-diam keluar dari jam dan mencuri cincin di jari Putri lalu kembali masuk ke dalam jam.

Keesokan harinya Fedko kembali meniup serulingnya, tapi karena sudah kelelahan maka irama yang dimainkannya tidak semerdu kemarin. Lalu beberapa saat kemudian, Fedko berhenti meniup serulingnya karena kelelahan.

Putri bergegas menemui Ayahnya, dan mengatakan bahwa jam itu rusak. Raja segera memanggil paman Fedko, kemudian paman Fedko membawa jam tersebut kembali ke rumahnya dan mengeluarkan Fedko dari dalamnya. Setelah memperbaiki jam tersebut sehingga tetap dapat mengeluarkan musik tanpa ada Fedko di dalamnya, paman Fedko mengantarkan kembali jam tersebut ke Istana.

Suatu ketika, Raja menyadari bahwa cincin sang Putri telah hilang. Raja segera menyuruh para pelayan menyebarkan pengumuman untuk mengundang orang yang telah berhasil mengambil cincin sang Putri. Setelah mendengar pengumuman itu, Fedko pun segera datang ke Istana dan menyerahkan cincin Putri yang sudah diambilnya. Raja pun menepati janjinya, dan menikahkan Fedko dengan Putri. Pesta pernikahan pun dirayakan secara besar-besaran dan meriah, bahkan mereka pun hidup bahagia setelah menikah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *